I'm Being Raised by Villains [Bahasa Indonesia] - Chapter 78
[Unedited]
Credit: Gourmet Scans
TL by: CY
Posted by: Genoise
<Chapter 78>
“Kau lihat apa?”
“Siapa dia?”
“…Kalau kau sudah ada gejala pikun, aku mundur saja sebagai Kaisar. Permaisuri pasti sangat menderita.”
“Sepemikiran.”
Lidah Ayah berdecak sambil memandang Permaisuri, lalu Permaisuri mengiakan ketika Erno Etam memastikan bahwa wanita itu benar adalah Permaisuri.
“Erno, kau banyak berubah. Dahlia pasti akan senang sekali.”
“…”
Ayah mengerutkan keningnya begitu mendengar nama yang diucapkan Permaisuri.
“Kami pulang dulu.”
“Jadilah orang tua yang baik. Bukankah anak adalah cerminan orang tuanya?”
“Jangan ikut campur.”
Ayah mendengus sambil menggendongku untuk bersiap-siap meninggalkan ruang tamu.
Aku tiba-tiba teringat insiden Hattar, lalu membuka mulutku.
“Begini, Paman Kaisar…”
“Paman…?”
Kaisar mengangkat kepalanya dan menatapku dengan ekspresi konyol. Permaisuri yang ada di sebelahnya tertawa terbahak-bahak.
“Ada apa?”
“Apa ada kejadian aneh akhir-akhir ini? Waktu aku kemari, aku melihat seseorang minum sesuatu lalu tertawa dengan menyeramkan.”
“…Entahlah.”
Kaisar menyipitkan matanya setelah mendengar ucapanku, tapi dia tersenyum seolah itu bukan apa-apa bagiku.
“Tampaknya dia sudah minum alkohol sejak siang bolong.”
Mungkin karena dia Kaisar, jadi aku tidak paham apa yang dipikirkannya.
Aku tidak bisa mengungkapkan cerita tentang ‘Hattar’ yang membuat kecanduan, jadi aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Kalau begitu, aku pergi dulu.”
“Terima kasih untuk hadiahnya, Paman Kaisar!”
“…Aku menarik kembali apa yang kuucapkan tadi. Pertemuan ini sangat mengesankan.”
Kaisar melambaikan tangan padaku meski dia tertawa dengan dibuat-buat. Namun, tampaknya dia menjagaku dengan baik.
Aku dan ayah sudah keluar dari ruang tamu dan naik kereta kuda bersama Sharne yang juga sudah kembali.
“Omong-omong, Ayah.”
“Iya.”
“Apa itu cap?”
“Apa Kaisar membicarakan itu?”
“Iya.”
“Dia selalu membicarakan hal tak berguna dalam hidup…”
Aku yakin, hanya Ayah yang membicarakan Kaisar seperti itu.
“Naga membutuhkan orang tua. Sejak lahir, naga harus dicap oleh orang tuanya, tapi kau tidak bisa seperti itu.”
Ayah menjelaskan sambil memangkuku.
“Iya.”
“Jadi, kudengar kau akan dicap sekali lagi dalam masa pertumbuhanmu yang kedua saat menjadi hatchling*.”
(*merujuk pada keturunan hewan ovipar, terutama reptil yang baru menetas.)
“Ah…”
“Aku seharusnya berada di sisimu ketika kau membuka mata. Jadi, aku berada di sisimu jika memungkinkan.”
Dia terus berada di sisiku selama 5 tahun?
Kudengar, sulit bagi seseorang untuk melakukan satu hal secara konsisten selama sebulan. Tapi, dia melakukannya selama 5 tahun.
Ditambah lagi, dia hampir tidak bisa meninggalkan rumah.
“Kenapa dia sampai melakukan itu…?”
“Karena aku adalah ayahmu.”
Dia menjawab dengan santai, seperti tidak butuh alasan lain.
“Putriku, bagaimana aku bisa menyerahkan posisi itu kepada orang lain?”
Ayah menjawab sambil membelai rambutku. Wajahku berseri-seri mendengar ucapannya yang tak terduga.
Kasih sayang yang tak berdasar dan tak berujung ini selalu membuat jantungku berdegup kencang hanya dengan berhadapan dengannya.
“Iya, aku juga menyayangi Ayah.”
“Memang harus begitu.”
Bahkan ucapannya yang arogan itu enak didengar. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan diam-diam menyandarkan pipiku.
‘Ini bagai mimpi karena Ayah.’
Ini benar-benar cerita dalam novel bahwa aku mempunyai keluarga yang tetap berada di sisiku tak peduli apa pun yang kulakukan hingga membuat mereka muak seperti ini.
‘Jika ini mimpi, kuharap tidak terbangun selamanya…’
Dengan begitu, semua keluargaku akan terus mencintaiku.
“Aku mencintaimu, Putriku.”
Aku membelalakkan mata dan menatapnya segera setelah ia selesai berkata.
Begitu aku tersenyum lebar, ayah menatapku dan tersenyum.
‘Iya, aku sangat senang.’
Aku merentangkan tangan dan memeluk leher ayah erat-erat.
Aku benar-benar senang karena ada seseorang yang sangat menyayangiku seperti ini.
‘Aku juga punya keluarga.’
Kini akhirnya aku punya tempat tinggal. Akhirnya aku pun punya rumah untuk pulang.
“Ah, aku juga mencintaimu, Ayrin!”
“Iya!”
Sharne berlari dan memelukku.
Rasanya seluruh tubuhku akan meleleh karena bahagia.
***
“Kita akan mulai pelajarannya.”
“…”
“Nona?”
“Kenapa kau ada di sini…?”
“Saya dihubungi bahwa Nona sudah membaik, jadi saya diminta untuk melanjutkan pelajaran.”
Hill Rosemont berkata sambil tersenyum. Dia, yang tak terasa telah menjadi pria jangkung, tersenyum dengan wajah lugu.
“Saya sangat senang karena Nona selamat.”
“He-eh…”
Aku berterima kasih atas ucapannya, tapi kenapa aku merasa resah begini?
‘Tapi, aku butuh bantuan pria ini jika mau menyelesaikan insiden ‘Hattar’…’
Tidak mudah untuk mendapatkan kesan baik dari pria ini.
‘Apa aku menyapanya dulu dengan wajah tersenyum?’
Aku tersenyum lebar dengan wajah cerah.
“Aku merindukanmu, Pak Guru!”
“…Apa?”
“Entah kenapa aku kepikiran Pak Guru.”
Dia mengangguk dengan senyum penuh arti di wajahnya, entah apa yang sedang dipikirkannya.
“Saya juga merindukan Nona.”
Hill Rosemont menimpali.
Ah, alasan kenapa aku masih dipanggil ‘nona’ adalah karena posisiku sebagai ‘kepala keluarga Etam’ belum diumumkan secara resmi.
Sesuai dengan yang ayah katakan, dia akan melihat kesempatan untuk mengumumkannya secara besar-besaran nanti.
Dan sampai saat itu, rencananya hanya orang dalam Etam, Kaisar, dan keluarga Kaisar yang akan mengetahui hal tersebut.
‘Orang ini tahu atau tidak, ya?’
Sepertinya dia tahu karena dia adalah ketua gilda, tapi aku juga tidak yakin apa yang sedang dipikirkan orang ini.
‘Tetap saja, dia sangat lihai.’
Ayah pasti sudah memeriksa diam-diam dua-tiga kali, tapi bukankah orang ini dipekerjakan karena bersih tanpa setitik debu pun?
“Akhir-akhir ini dunia gempar. Apakah naga benar-benar ada atau tidak. Jika ada, kapan dia menampakkan wujudnya, kekuatan apa yang ia miliki… Mereka sangat penasaran.”
“Aha…”
“Tentu saja saya juga penasaran.”
Hill Rosemont berkata sambil tersenyum seperti bangsawan desa yang naif dan tidak tahu apa-apa.
“Omong-omong, katanya pahlawan dari Perang Besar Iblis Suci juga menampakkan wujudnya belakangan ini…”
Albion?
Kenapa dia muncul?
Mataku membelalak mendengar nama yang tak kuduga. Hill Rosemont perlahan menyelidiku.
“Apa pengecapan Nona sudah berhasil?”
“Mungkin?”
“Mungkin?”
Dia menyipitkan matanya. Dia menghela napas pendek seolah sedang mengamati sesuatu.
“Seandainya orang yang mengecap Nona adalah saya.”
Kalau begitu, bukankah aku akan jadi naga jahat?
‘Entahlah, bagaimana caranya aku bisa memikat dia, ya?’
Sebenarnya ada caranya, tapi sejujurnya aku ingin membiarkannya sebagai pilihan terakhir.
Tapi, tidak ada cara yang bagus selain itu. Tidak buruk juga jika aku mencari tahu…
Huh! Entahlah.
“Pak Guru, aku melihat sesuatu yang aneh beberapa hari yang lalu.”
“Apakah itu adegan yang aneh?”
“Iya. Saat itu aku pergi naik kereta kuda, seorang perempuan minum sesuatu seperti air, tapi tiba-tiba dia duduk menggeletak sambil terus tertawa dengan menyeramkan.”
Hill Rosemont berhenti memiringkan cangkir tehnya.
“Itu pasti alkohol.”
“Tapi, dia sangat menyeramkan.”
Dia tersenyum saat aku memiringkan kepala.
“Bisa jadi dia makan sesuatu yang aneh.”
“Tapi, perasaanku tidak enak karena melihatnya.”
“Perasaan Anda tidak enak?”
Jika aku berkata seperti ini, dia pasti akan berpikir ada sesuatu yang bisa kurasakan karena aku adalah seekor naga.
Raut mukanya menjadi aneh begitu aku mengangguk sekali lagi. Dia menggaruk dagunya seolah sedang berpikir.
“Ada yang Nona ingin ketahui?”
“Iya, sepertinya Pak Guru tahu. Pak Guru kan hebat dan pintar.”
Hill Rosemont tertawa ringat begitu aku mengacungkan jempol.
“Entahlah. Saya juga tidak tahu.”
“…”
Ck, ternyata tidak mudah menelusurinya.
Dilihat dari responnya, sepertinya dia tahu.
‘Hill Rosemont… menginginkan seseorang.’
Seseorang yang tidak akan pernah mengkhianatinya, mempunyai loyalitas tinggi untuk menjaga dirinya seorang, dan tidak akan pernah menikamnya dari belakang.
Dia menginginkan seseorang yang dapat diandalkan karena selalu ditipu orang lain.
Lalu, dia mencoba menarik perhatian tokoh utama perempuan yang menarik perhatiannya dengan obat penawar sebagai umpan.
‘Tapi, aku bukan tokoh utama perempuan dan tidak ada alasan untuk menarik perhatiannya.’
Aku tidak yakin apakah kenyataan bahwa aku adalah naga menarik perhatiannya.
“Jika saya memberikan informasi itu kepada Nona, apa yang akan Nona berikan padaku?”
Sudah kuduga akan begini.
Aku berpikir sejenak lalu berkata.
“Hm, hmmm… Kalau begitu, aku akan menjadi teman Pak Guru.”
Dia membelalakkan matanya setelah mendengar ucapan yang tak diduganya.
“Tiba-tiba, teman? Haha, itu sama sekali bukan hal yang menguntungkan bagi saya.”
Dia tersenyum lembut, seolah mendengar ide yang benar-benar lucu. Dia menyisir rambutnya yang tergerai dan menatapku.
“Teman adalah seseorang yang bisa diajak berdiskusi kapan pun saat dibutuhkan, berbagi kekhawatiran dan memberikan bantuan.”
“Kalau teman yang seperti itu, saya punya banyak.”
“Aku tidak akan meninggalkanmu.”
Hill Rosemont mengusap cangkir teh dengan jari telunjuknya dan tatapan lembutnya tiba-tiba menjadi tajam begitu mendengar ucapanku.
<Bersambung>