I'm Being Raised by Villains [Bahasa Indonesia] - Chapter 77
[Unedited]
Credit: Gourmet Scans
TL by: CY
Posted by: Genoise
<Chapter 77>
“Oh… Iya.”
Sepertinya bukan karena wajahku yang berharga, tapi karena sudah lama dia tidak melihatku.
“Kau sudah bertemu Pangeran?”
“Iya.”
“Bagaimana?”
“Aku senang.”
Kaisar menunjukan ekspresi konyol karena jawabanku yang pendek.
Dia memandangku penuh arti dan tertawa terbahak-bahak, lalu mengangguk. Aku menelengkan kepala.
“Apa kau tahu, negara tiba-tiba kacau balau gara-gara kamu? Bahkan kesatria kerajaan tidak cukup untuk menghentikan orang gila itu.”
Sepertinya aku tahu siapa yang dibicarakannya.
“Benar, kau menyelamatkan putraku. Jika kau menginginkan sesuatu, katakan saja karena aku akan mengabulkannya.”
“Yang aku inginkan?”
Kalau sekarang, tidak ada.
Aku mengusap-usap pipiku dengan telapak tangan, menghentak-hentakkan kaki, memiringkan kepala, namun tidak ada yang terlintas dalam pikiranku sehingga aku menggelengkan kepala.
“Aku tidak kepikiran apa-apa sekarang.”
“Kalau begitu, kau bisa mengatakannya kapan saja jika ada yang kaubutuhkan nanti.”
“Hm, kalau begitu apa aku boleh sering main ke istana?”
“Ke istana?”
“Iya. Aku mau menemui Enosh… tidak, maksudku Pangeran dan Kak Lili.”
Masuk ke kediaman Kaisar memerlukan izin dari keluarga Kaisar.
“Itu bukan hal yang sulit. Kau akan menerima pas dari kepala pelayan sebelum pulang.”
Pelayan tua yang mengantarku sampai sini membungkuk dan tersenyum.
‘Dia kepala pelayan…?’
Bukankah kepala pelayan istana adalah pangkat yang sangat bagus? Agak aneh orang seperti dia mengantarku ke sini.
Wanita yang berada di sebelahnya menatapku dan membuka mulutnya setelah menunggu Kaisar menyelesaikan ucapannya.
“Akhirnya kita bertemu seperti ini. Aku adalah ibu Enosh.”
Sudah kuduga, dia adalah permaisuri.
Wanita itu mempunyai mata bercahaya rubi yang indah dan rambutnya yang berwarna biru tua ditarik ke atas.
Wanita itu tampak sangat anggun. Suaranya lembut, tatapannya ramah, dan kulitnya pucat mirip dengan Enosh yang dulu.
“Terima kasih telah menyelamatkan Enosh. Aku tidak terlalu kuat, tapi beri tahu aku kapan pun jika kau membutuhkan bantuanku.”
“Iya!”
“Haha, sepertinya aku tahu kenapa Pangeran Etam yang sejak dulu tidak tertarik dengan orang lain kini berpihak padamu.”
“Apa?”
“Dia suka memberontak dan sepertinya tidak bertindak sebagai manusia semestinya. Meskipun begitu, Pangeran Etam tampaknya sudah berperan sebagai manusia dengan baik karena ada kamu. Itu supaya dia menjadi orang tua yang baik.”
Orang tua yang baik tidak akan mewariskan uang miliaran dan posisi ketua kepada anak berusia sepuluh tahun.
Aku merasa terbebani jika memikirkannya lagi.
“Dan sepertinya aku tahu alasan Duke Colin menentang untuk memberikanmu kepada Pangeran Etam.”
Dia berbicara tenang sambil tersenyum dengan wajah yang sangat ramah. Aku sedikit terkejut karena dia membicarakan Erno Etam dan Duke Colin dengan nyaman.
Dia membuka mulutnya lebih dulu seolah menyadari keraguanku.
“Aku tahu karena kami bersekolah di akademi yang sama. Yang Mulia juga bersekolah di waktu yang sama.”
Ah, rupanya begitu.
Kalau tidak begitu, mana mungkin mereka memaafkan Erno Etam karena mengirim pembunuh di malam hari, kan?
“Kudengar, kau menjadi ketua.”
“Ah, iya…”
“B*j*ng*n itu telah melakukan hal-hal gila sejak dulu. Dia cuma melakukan hal gila sampai aku bertanya-tanya apakah mungkin orang normal melakukan hal gila seperti itu.”
Kaisar menyelang setelah mendengar ucapan Permaisuri.
“Iya…”
Tapi, aku tidak mengerti kenapa mereka menghina ayahku.
Aku memang suka mengutuk, tapi aku sedikit tidak suka kalau ada yang menghina orang lain.
“Kejadian kali ini adalah salah satu yang tergila yang pernah kulihat.”
Tentu saja, aku setuju dengan ucapannya kali ini.
Keluarga Duke mana di dunia ini yang akan mewariskan posisi ketua kepada anak berusia sepuluh tahun?
Bahkan aku sampai menipu ayahku sendiri.
“Meskipun begitu… aku bisa memberikan hadiah kali ini karena kau telah menjadi ketua.”
“Hadiah?”
“Benar. Aku akan memberikan wilayah yang ada di selatan kekaisaran padamu. Wilayah itu mempunyai tanah paling subur dan sangat baik untuk tempat rekreasi. Selain itu, mempunyai produk khas berupa beraneka macam buah.”
Begitu Kaisar menjentikkan jarinya, kepala pelayan datang dengan membawa sesuatu.
Itu adalah perkamen* berkualitas tinggi yang tergulung. Saat mataku terbuka lebar-lebar, kepala pelayan memberikan perkamen dan segel kepadaku.
(*media untuk menulis yang dibuat dari kulit binatang.)
“Oh… Te-terima kasih.”
Aku menerimanya dengan kebingungan.
“Aku memutuskan untuk memberikannya langsung padamu karena ayahmu selalu mengawasimu dan aku takut dia akan menyerangmu cepat atau lambat.”
“Ah…”
Sebenarnya, bagaimana citra ayah di dunia ini?
Begitu aku tersenyum kikuk, Kaisar menatapku dan tertawa terbahak-bahak.
“Aku tidak tahu kenapa urusan ini berjalan begitu lancar untuknya. Tidak, mungkin aku harus mengatakan bahwa dia beruntung mempunyai anak selembut dirimu.”
“Apa?”
Kaisar mengangkat bahunya saat mendengar pertanyaanku.
“Aku hanya bergumam.”
“Baiklah.”
“Katanya, naga mempunyai intuisi. Ternyata itu sebabnya kau bisa mendeteksi lebih awal tentang penyakit yang disebabkan oleh cacing.”
Sebenarnya tidak seperti itu, tapi anggap saja dia salah paham.
Aku mengangguk dengan canggung dan dia menghembuskan napas pendek.
“Akan ada badai di sekitarmu di masa depan.”
Kaisar yang tampak lelah membuka pembicaraan dengan raut muka tegang.
“Keluarga Etam, termasuk Erno Etam, akan melindungimu mati-matian. Tapi meski begitu, akan ada tangan-tangan yang mengintaimu.”
“…”
“Kau akan melihat wajah buruk manusia di masa depan, dan kau akan menerima kebaikan yang berbalut keserakahan. Kau tidak punya pilihan lain selain terus mencurigai orang lain.”
Suaranya kuat, tegas,, dan penuh keyakinan. Aku menatapnya dalam waktu lama.
“Kemungkinan besar karena itulah keluarga Etam mengangkatmu sebagai ketua di saat usiamu masih muda. Mengusik ketua Etam sama saja dengan berperang melawan monster-monster itu.”
Aku menatapnya, lalu mengangguk pelan. Sepertinya aku tahu apa yang harus kupersiapkan.
‘Bahkan dalam novel, naga selalu jadi pusat badai.’
Kaisar tertawa sekilas.
“Kau akan berdosa karena tidak tahu masa depan. Maka dari itu, belajar yang banyak. Kau harus bisa mengetahui arus kekuatan dan membaca pikiran orang, jadi kau akan bisa bertahan hidup.”
“Baik.”
“Dengan membuka matamu sebagai keluarga Etam, kau telah memanggil semuanya tanpa terkecuali, baik keturunan langsung maupun tidak langsung, ke rumah utama.”
Aku membuka mata lebar-lebar.
Itu adalah fakta yang tidak kusadari sama sekali karena aku hampir tidak pernah meninggalkan kamar dan rumah utama.
“Keturunan langsung dalam keluarga Etam memang menonjol, tapi keturunan tidak langsung juga mempunyai kekuatan yang luar biasa sehingga tidak bisa diabaikan.”
Begitukah?
Yah, nanti ketika berubah menjadi konflik politik, yang berjuang bersama dengan tokoh utama perempuan adalah keluarg Etam.
‘Kalau dipikir-pikir, sekarang tidak akan terjadi pengkhianatan lagi.”
Pangeran ke-2 tetap hidup dan Kaisar tidak gila, jadi tidak mungkin cerita ini akan mengalir ke arah yang aneh.
“Jika mereka marah, tidak akan sulit mengubah untuk mengacau-balaukan satu negara kecil.”
Separah itu?
Nyatanya, jika ada yang melihat Duke Mirel memecahkan meja hanya dengan satu pukulan, mereka akan tahu bahwa itu adalah cerita yang bisa dipercaya.
‘Tapi, orang lain tidak tahu itu…’
Sebenarnya, aku juga tidak melihat Callan dan Shillian menggunakan tubuhnya dengan baik.
“Oke, sampai sini saja aku berceloteh. Jika memungkinkan, aku ingin menghabiskan waktu yang sangat lama denganmu.”
Kaisar berkata sambil tersenyum ringan, berbeda dengan sebelumnya. Aku mengedipkan mata.
“Apa aku boleh mengajukan satu permintaan?”
“Permintaan?”
“Iya, kumohon jangan menjadi naga yang jahat.”
Naga yang jahat?
Wajahku menunjukkan kebingungan, tapi Kaisar hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
“Rupanya pengganggu akan datang diam-diam.”
“Pengganggu?”
“Benar. Maksudku, ayahmu. Sepertinya dia sudah memasuki istana.”
“Aha…”
Mataku bersinar saat mendengar kabar kedatangan ayahku. Entah kenapa hatiku merasa senang begini.
“Mungkin karena kau sudah dicap olehnya, jadi dia terlihat seperti ayah yang baik hanya dengan mendengar ucapannya saja.”
“Apa?”
“Erno Etam sudah melekat di sisimu selama 5 tahun agar tidak kehilangan capmu.”
Apa maksudnya dicap dan melekat padaku?
“Itu mengejutkan untuk orang yang cepat bosan terhadap apa pun.”
Brak~
Pintu terbuka dan Erno Etam masuk. Dia benar-benar berkunjung seenaknya tanpa keraguan.
“Tampaknya kau masih belum paham apa itu sopan santun, ya?”
Erno Etam melirik Kaisar yang berkata demikian, lalu mengangguk sambil tersenyum.
“Hormat kepada Yang Mulia, sang Kaisar besar yang jaya.”
Kaisar mengerutkan keningnya karena mendengar ucapan Erno Etam.
“Kenapa terdengar sarkastis setiap kali kau mengucapkan itu?”
“Memangnya kata-kata macam apa yang ingin Anda dengar?”
“Jika kau mati sebagai penista keluarga kekaisaran, kamu pasti sudah mati lima ratus kali lebih banyak.”
“Ternyata Anda tidak mati dan masih hidup.”
“…”
Ayah, yang tidak gentar satu kata pun dari ucapan kaisar, masuk dengan santai dan memelukku.
“Kau sudah bersenang-senang, Putriku?”
“Iya.”
“Syukurlah. Kalau begitu, ayo kita pulang.”
Ayah mengecup pipiku dengan lembut lalu berkata.
Aku mengangguk setelah mendengar suaranya yang ramah, lalu mengalihkan pandanganku ke Kaisar. Namun, Kaisar membuang muka dengan mulut menganga.
<Bersambung>