I'm Being Raised by Villains [Bahasa Indonesia] - Chapter 48
[Unedited]
Credit: Gourmet Scans
TL by: CY
Posted by: Genoise
<Chapter 48>
Ekspresi Duke Colin mengeras karena ucapan Erno Etam. Duke Colin perlahan membuka mulutnya.
“Aneh, harusnya hanya ada beberapa orang yang tahu fakta itu selain aku.”
“Ada banyak hal yang aneh.”
Erno Etam menjawab dengan lugas sambil menyilangkan kaki.
“Kecuali jika saya sengaja memberitahunya… Hanya manusia yang setiap malam mengirim penyusup itulah yang mengetahui hal ini.”
“Jadi?”
“Kalau saya, saya akan curiga yang beralasan.”
Erno Etam pura-pura memiringkan cangkir teh yang dipegangnya, lalu memutarnya dan menumpahkan isinya ke karpet.
“Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau bicarakan.”
“Mereka hendak membunuh Anda, apakah Anda berpikir seberapa besar kejadian ini bisa memicu perselisihan?”
“Rupanya kau mengatakan hal-hal yang berbahaya. Kapan aku seperti itu. Apa kau punya bukti?”
Pertanyaan santai Erno Etam membuat Duke Colin terdiam.
Tidak ada bukti.
Para penyusup itu menyembunyikan identitas mereka dengan seksama dan tidak membawa barang apa pun untuk mengungkapkannya.
Bahkan belati atau barang yang mereka gunakan biasa dijual di pedagang kaki lima.
“… Kecurigaan juga bisa jadi bukti/”
“Ah, itulah sebabnya penjahat yang teraniaya di dunia ini tidak ada habisnya.”
Duke Colin mengepalkan tinjunya begitu mendengar ucapan Erno Etam yang masuk akal.
Tanpa bukti yang tepat, mustahil untuk menganiaya calon penerus keluarga.
“Benar, anggap saja begitu. Lalu, apa alasanmu jauh-jauh datang kemari?”
“Saya datang untuk mendapatkan sesuatu yang telah Anda curi.”
Erno Etam berkata sambil membungkukkan tubuhnya.
[Siapa yang menghasutnya? Jika itu masalah yang bisa diselesaikan, bicarakan saja!]
[Yah, kenapa aku mencuri barang orang lain?]
Ekspresi Duke Colin semakin mengeras karena ingatan yang muncul tiba-tiba.
‘Tidak peduli betapa angkuhnya dia, omong kosong macam apa ini.’
Aku tidak punya bukti fisik, tapi aku yakin.
Keyakinan tentang siapa menghasut para penghasut itu untuk mengganggunya selama sepuluh hari yang lalu.
“Aku tidak tahu apa yang kucuri. Tapi, berani-beraninya sampai mengganggu istri dan anakku di rumah ini…”
Energi ganas mengalir di sekitar Duke Colin.
Mata ungunya yang tajam menatap Erno Etam dengan penuh amarah.
“Putri saya.”
“… Apa?”
“Ayrin. Saya dengar, Anda seenaknya mengadopsi putri saya.”
“… Ayrin?”
Duke Colin mengerutkan kening.
Dia kebingungan karena mendengar nama yang dikenalnya dari mulut seseorang yang tak terduga.
“Kenapa Ayrin?”
“Dia adalah putri saya. Anda telah sesuka hati mencurinya.”
Duke Colin menutup mulutnya sebentar, seolah sudah menyadari situasi.
Dia terdiam lama, seperti orang yang mencari sesuatu untuk dikatakan.
‘Dia adalah putri Erno Etam?’
Tidak, itu tidak mungkin.
Erno Etam hanya mempunyai dua orang anak, dan dia tidak ada pewaris lagi setelah istrinya meninggal dunia.
Kesabaran terakhir Duke Colin sudah habis. Dia membuang kesopanannya.
“Sebaiknya kau berbohong dalam porsi yang tepat. Aku juga punya telinga dan mata. Kau tidak punya anak selain kedua putramu.”
Mata Erno Etam menyipit.
“Kelahiran Ayrin bahkan tidak terdaftar sejak awal. Dia akan tumbuh sebagai saudara Richard.”
“Jadi, di mana Ayrin itu?”
“Dia menghilang setelah dijual di pelelangan bawah tanah… Jangan-jangan kau membawanya?”
Ekspresi di wajah Erno Etam pun perlahan memudar. Dia terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis.
“Awalanya, dia adalah seorang anak dari garis keturunan Etam dan saya memutuskan untuk mengadopsinya. Tapi, seseorang mengambilnya di tengah-tengah itu.”
“Omong kosong. Anak ini ada di panti asuhan bersama putraku. Jika kau benar-benar berencana untuk mengadopsinya, kenapa dia berada di panti asuhan yang jauh dari ibu kota?”
“…”
“Kalaupun apa yang kau katakan benar, aku bertanya-tanya apakah orang yang tidak beradaptasi dengan lingkungan sosial dan hidup hanya untuk hura-hura dan nafsu sepertimu bisa membesarkan anak dengan baik.”
“Saya sudah mendapatkan ciuman dari putri saya.”
“… Apa?”
Duke Colin bertanya dengan ekspresi seolah telah dipukul di bagian belakang kepala secara tiba-tiba setelah meninju diam-diam.
“Saya menganggap anak itu sebagai putri saya, dan dia menganggap saya sebagai ayahnya. Tapi, kenapa Duke Colin ikut campur?”
“Aku tidak memastikan dan mendengar cerita ini secara langsung, jadi aku menangguhkan penilaian atas pernyataan itu.”
Duke Colin menoleh.
‘Orang tua? Ini bahkan tidak lucu.’
Erno Etam adalah orang yang menjalani hidup hanya untuk kesenangan.
Jika sudah bosan, dia akan membuangnya begitu saja dan tidak peduli bagaimana hancurnya hidup orang itu.
“Omong-omong, mengambil Ayrin sebagai putrimu pasti sudah menjadi bagian dari permainanmu.”
Itu adalah anekdot terkenal bahwa Erno Etam melakukan segala macam keanehan untuk menentang Duke Mirel.
“Maaf, tapi aku tidak bisa mempercayaimu dan menurutku kau tidak bisa membesarkan anak dengan hebat.”
Dia berbicara dengan tegas, lalu bangkit dari tempat duduknya.
“Lanjutkan saja percobaan pembunuhannya. Itu tidak akan berguna.”
“Saya ingin tahu, apakah Anda masih bisa mengatakan hal yang sama meski leher Anda putus.”
“Coba saja. Aku juga ingin tahu bagaimana ekspresi Ayrin mendengar cerita itu.”
Erno Etam menurunkan pandangannya perlahan.
“Saya tidak tahu jika anak itu benar-benar menginginkannya. Tapi jika tidak, cepat atau lambat saya akan membereskan daftar keluarga dan menjemput anak itu secara resmi.”
Hak atas anak adalah milik orang yang mempunyai otoritas orang tua, jadi jika daftar keluarga dicabut maka Erno Etam tidak dapat menggunakan hak atas Ayrin.
“Apa Anda tahu tren terbaru yang disukai anak-anak?”
Tatapan ganas Erno Etam tertuju pada Duke Colin. Duke Colin memandangnya dengan tatapan dingin, lalu menjawabnya.
“Tren terbaru belakangan ini bagi anak-anak adalah saling memanggil satu sama lain sebagai hewan peliharaan.”
Erno Etam mengerutkan keningnya karena ucapan tak masuk akal yang sulit dipercaya itu.
“Jadi, kau tidak layak.”
Duke Colin menertawakannya lalu berbalik.
“Antar Pangeran Etam dengan baik. Dia mau pulang.”
“Berhati-hatilah siang dan malam.”
Punggung Duke Colin merinding mendengar ucapan Erno Etam yang dingin.
‘… Apa aku terlalu terangsang?’
Dia menggosok keningnya dengan muka yang sedikit lelah.
‘Untunglah aku baik-baik saja.’
Mungkin ada alasan kenapa aku tidak bisa berhubungan dengannya.
‘Aku harus menyampaikan ini kepada Richard.’
Duke Colin berpikir untuk segera memberitahu kabar ini kepada anaknya yang sedang murung sehingga ia mempercepat langkahnya.
***
“Selamat datang, Pangeran.”
Erno Etam menghentikan langkahnya di depan kereta kuda.
“Belakangan ini, hewan peliharaan dijual di mana?”
“… Ya? Oh, mungkin di toko hewan di ibu kota…?”
“Kalau manusia?”
“Apa?”
“Ck, sudahlah.”
Erno Etam berdecak, lalu naik ke kereta kuda.
Saat itu baru saja kereta kuda berjalan lambat melewati ibu kota.
Erno Etam, yang sejak tadi memangdang ke luar jendela, menyipitkan matanya.
Dia beberapa kali mengetuk jendela yang menghadap ke arah kusir sehingga kereta kuda berhenti perlahan.
“Ya, Pangeran.”
“Bawa itu.”
“Ya?”
“Kubilang, bawa itu.”
Kusir itu mengangguk.
Di ujung anggukannya, ada anak laki-laki berpenampilan unik.
Anak laki-laki berambut putih menawan yang mencurigakan karena duduk di gang.
“Anda mengenal anak itu?”
“Entahlah. Mungkin iya, mungkin juga tidak.”
Erno Etam mengucapkan kata-kata yang cukup dalam. Energinya sangat familier.
“Kalau begitu…”
“Aku akan menggunakannya sebagai hewan peliharaan putriku.”
“…”
“Itu adalah tren terbaru.”
“Oh, baik…”
Kusir hanya diam menutup mulutnya dan memutuskan untuk melakukan apa yang diperitahkan Erno Etam.
Itu karena pemikiran orang-orang berpangkat tinggi sama sekali tak diketahui.
Kereta kuda mengangkut anak kecil yang duduk meringkuk di lantai, lalu bergerak lagi dengan cepat menuju kediaman keluarga Etam.
***
“… Eh, ini, apa yang Ayah katakan…?”
Aku melihat sesuatu yang dilemparkan di depanku dengan bodohnya. Aku mengenal wajahnya yang muncul dari karung goni.
Hahaha~
Anak laki-laki yang melompat keluar dari karung goni tertawa dengan mulut menganga.
Siapa pun bisa melihat bahwa dia sengaja ditangkap.
Mata biru dan rambut putihnya yang kontras dan luar biasa di dunia…
‘Roussillon…’
Kenapa anak itu ada di sini?!
“Dia adalah hewan peliharaan.”
“… Apa?”
“Katanya, itu tren baru-baru ini.”
Erno Etam berbicara dengan sedikit rasa bangga.
<Bersambung>