I'm Being Raised by Villains [Bahasa Indonesia] - Chapter 44
[Unedited]
Credit: Gourmet Scans
TL by: CY
Posted by: Genoise
<Chapter 44>
“…Apa yang Anda bicarakan sekarang?”
“Tolong hentikan kekuatanmu.”
Napas Maharaja semakin dalam karena kekuatan Erno Etam yang tajam sampai udara menjadi sangat dingin.
Dia segera mengendalikan bayang-bayang yang hendak melompat ke luar dengan tangannya, lalu melihat Erno Etam yang bangkit dari tempat duduknya.
“Baru-baru ini Duke Colin menemukan putranya yang hilang.”
“Omong kosong Anda hanyalah penolakan secara halus.”
“Dengarkan dulu,”
Erno Etam tidak tahan untuk menunjukkan raut wajah yang tidak menyenangkan karena mendengar gertakan Maharaja, lalu ia menutup mulutnya.
Bahkan dia pikir, dia lebih bersemangat daripada yang ia pikirkan saat ini.
‘Apa yang harus kubicarakan tentang daftar keluarga ini…’
Bagaimana bisa emosinya bisa sekacau ini.
Erno Etam juga tidak dapat mengendalikan emosinya saat anak itu hilang. Lagipula, anak itu sudah ada di pelukannya, jadi sebaiknya dimasukkan ke dalam daftar keluarga…
Dia tidak terbiasa memikirkan emosinya yang kacau. Bukankah lebih baik mencari cara lain?
Dia menenangkan dirinya sendiri dengan sekuat tenaga. Matanya yang berkelap-kelip merah kini kembali ke warna semula.
“Kudengar, anak yang bernama Ayrin itu berperan besar dalam menemukan anak Duke Colin yang hilang.”
“Hah, itu juga tidak masuk akal…”
“Duke Colin berkata padaku, dia memutuskan untuk mengadopsinya karena anak itu tidak punya tempat tujuan dan putranya pun menyukainya.”
Maharaja menjawab dengan tenang.
Oleh sebab itu, dia mendengarkan cerita itu dan mengabulkan permintaan Duke Colin.
“Jadi, sekarang…”
“Saat itu, aku tidak terlalu memikirkannya dan Duke Colin jarang meminta bantuanku. Jadi, aku mengizinkannya karena ingin menghapus utang tersebut.”
“…”
“Karena aku sudah menyetujuinya, perkara ini di luar kendaliku.”
“Apa Anda tidak bisa menyalahgunakan kekuasaan yang Anda sukai?”
“Tuan Muda, apa kau menyuruhku untuk mementahkan apa yang sudah kuputuskan tanpa alasan? Selain itu, aku juga tidak bisa menyalahkanmu karena datang terlambat.”
Mata Maharaja menyipit.
Maharaja jelas menikmati situasi ini meski dia berkata seperti itu.
“Tidak sulit bagiku untuk memberikan persetujuan ulang, asalahkan kau datang kembali setelah sepakat dengan Duke Colin.”
“Hah…”
Dia menyisir rambutnya dengan ringan, kemudian bangkit dari tempat duduknya seolah sudah mengambil keputusan dengan baik.
“Saya mengerti.”
“Syukurlah kau mengerti.”
Maharaja mengangguk puas.
“Ah, apakah sesuatu yang besar terjadi jika posisi Duke kosong?”
“Apa?”
“Tidak. Jika Duke telah mengajukan permohonan dan tidak sengaja hilang dalam suatu kecelakaan, secara alami permohonan itu akan menjadi sesuatu yang tidak sah.”
“… Hei, Tuan Muda Etam.”
“Saya akan segera kembali.”
Erno Etam hanya mengucapkan kata-kata yang dalam, lalu pergi.
Itulah awal dari neraka berdarah di keluarga bangsawan.
***
“… Ini sangat beragam.”
Akhir-akhir ini Duke Colin menderita penyakit saraf akibat upaya pembunuhan kejam yang tiba-tiba.
Sejak seminggu yang lalu, mulai berdatangan penyusup pada malam hari, dan jumlahnya bukan satu atau dua saja.
Meski sudah meningkatkan pengamanan setiap hari, jumlah penyusup yang menginjak-injak taman tidak menunjukkan pengurangan.
Untungnya, dia merupakan penyihir yang hebat dan mempunyai para kesatria dan prajurit yang baik sehingga dia tidak benar-benar mati.
Akhir-akhir ini dia memasang beberapa lapis sihir pertahanan di kamar putranya yang telah ia temukan dan di kamar istrinya.
Entah untung atau tidak, para penyusup itu tidak mengunjungi kamar istri dan anaknya.
Mereka malah mendatangai kamar Duke Colin dan hanya mengganggunya tanpa henti.
Duke Colin juga menghadapi beberapa masalah karena beberapa dari mereka berbakat menyerang sebagai kelompok.
Duke Colin, yang tidak pernah meminjam tenaga orang lain, bahkan mengunjungi serikat kerja informasi ‘Bulan Purnama’ hari ini.
Mereka bersedia melakukan hal buruk apa pun, bahkan bisa menjual nyawa rekan mereka demi uang.
Mereka adalah orang-orang yang paling dibenci Duke Colin, tapi merupakan celah satu-satunya yang bisa dia andalkan saat ini.
‘Dari mana para penyusup itu berasal…’
Duke Colin berdecak, lalu memasuki bar.
“Selamat datang, Tuan. Anda mau makanan atau minuman?”
“Aku datang untuk melihat sisi lain bulan.”
“… Ya ampun. Sekarang bukan saatnya membuka produk itu.”
“Meski bukan saatnya, bukankah itu tugasmu supaya bisa membukanya? Aku akan menunggu sebentar.”
Lingkaran hitam di bawah mata Duke Colin cukup gelap.
Dia menekan kelopak matanya dengan cukup keras dan berusaha menyembunyikan mata cekungnya.
Beberapa malam terakhir, dia merasa gelisah seperti mau gila.
‘… Aku tidak tahu apa tujuan mereka.’
Kemarin Duke Colin berhadapan muka dengan para pembunuh dan berbicara dengan mereka.
[Siapa yang menghasut kalian? Bicaralah jika itu masalah yang bisa diselesaikan!]
[Aku tahu, tapi kenapa mencuri barang orang lain?]
Tapi, dia tidak mendapatkan jawabannya.
‘Memangnya mereka kira, aku mencuri apa?’
Duke Colin duduk di meja makan yang kosong, dan mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya.
‘Apakah dia Count Utley yang mengambil alih bisnis baru di benua selatan kali ini? Atau, direktur panti asuhan misterius yang menghancurkan ruang tamu ketika dia mengatakan bahwa anaknya hilang? Jika bukan dia juga…’
Semua peristiwa akhir-akhir ini terus ada di pikirannya. Tapi, ujung dari sekian banyak pikiran itu berkaitan dengan anak yang paling ia cemaskan belakangan ini.
‘Ayrin, ke mana perginya anak itu…’
Richard juga sedih gara-gara anak itu menghilang tanpa kabar.
Saat dia mengingat Richard yang menangis sesenggukan, hatinya terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam.
Bagaimanapun dia memikirnya, hal ini tidak dapat dimengerti.
‘Aku harus menemukan anak itu dan mencari tahu yang diincar pembunuh itu.’
Tuk. Tuk. Tuk.
Ujung jarinya mengetuk-ngetuk meja makan dengan resah. Selang beberapa saat, seorang pramuniaga yang ditemuinya pertama kali tadi datang menghampiri.
“Tuan, sisi bulan sudah siap.”
“Ayo.”
Duke Colin menyembunyikan raut mukanya dan bangkit dari tempat duduknya dengan anggun.
Dia mengarah ke belakang bar.
Saat membuka pintu dan melangkah masuk, dia sudah berada di ruang yang sama sekali berbeda.
“…Ternyata sihir teleportasi. Ini adalah sihir tingkat tinggi.”
“Itu tidak sulit jika tahu jalan menuju sisi bulan.”
Duke Colin menutup bibirnya begitu mendengar penjelasan pramuniaga.
‘Rupanya ini jadi perangkat yang tidak bisa menggunakan sihir.’
Dia bertekad untuk memiliki itu sepenuhnya.
Dia melihat sekeliling secara perlahan.
Ruangan itu gelap dan luas.
Puluhan lilin memancarkan cahaya merah dan menerangi ruangan itu dari segala arah.
Di tengah ruangan tanpa jendela itu hanya ada meja sofa, serta sofa lebar di kedua sisinya.
Ada sebuah meja di belakang. Tampaknya itu adalah ruang kerja, dilihat dari dokumen yang tersusun di atasnya.
Seseorang bangkit dari sofa untuk menyambutnya.
“Selamat datang, Paduka yang Mulia Duke Mikael Colin.”
Laki-laki bertopeng hitam pekat dan berjubah berbicara dengan suara yang diubah.
Suaranya sangat bising dan Duke Colin tidak suka mendengarnya.
“Tampaknya banyak yang dicemaskan oleh pemilik Bulan Purnama. Sampai-sampai tidak punya sopan santun sedikit pun.”
“Haha, maafkan aku. Mohon pengertiannya karena musuhku sangat banyak.”
Duke Colin menutup mulut dan menyipitkan matanya.
‘Sempurna.’
Dia tidak dapat menerka apa pun, selain fakta bahwa lawan bicaranya adalah seorang laki-laki.
Tidak, bahkan jenis kelaminnya pun tidak pasti karena dia hanya menebak tinggi dan postur yang terlihat dari siluet jubahnya.
“Jadi, apa yang membawa Tuan yang terhormat seperti Anda ke tempat segelap ini?”
“Akhir-akhir ini aku mendapat percobaan pembunuhan. Apakah itu berhubungan dengan Bulan Purnama di sini?”
“Pembunuhan?”
Dia mengibaskan jubah dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Tidak, saya tidak ingat pernah menerima permintaan seperti itu.”
“Benarkah?”
“Iya. Saya tidak berbohong.”
Senyum tipisnya menonjol di antara suaranya yang bising. Duke Colin menutup mulutnya rapat-rapat, lalu menurunkan pandangannya.
‘Jika bukan Bulan Purnama, dari mana datangnya orang-orang sekuat itu?’
Itu adalah keterampilan yang hanya dimilik oleh bayang-bayang Maharaja.
Tapi, Maharaja tidak mungkin melakukan hal itu. Soal utang kali ini, lebih baik menyampaikan pengaduannya langsung kepadaku.
“Kalau begitu, lakukan ini sebagai permintaan pertama. Aku ingin tahu siapa yang menyebarkan para penyusup ke rumahku.”
Dia mengangguk setelah berpikir sejenak.
“Tampaknya ini bukan pekerjaan yang sulit. Sebagai bonus, saya akan membantu pengawalan. Selanjutnya, Anda bisa tidur dengan nyenyak di malam hari.”
“Kau bilang bonus… Kau mengatakan sesuatu yang sangat lucu sambil berpikir untuk mendapatkan segalanya dengan uang.”
“Haha, karena ini bukan layanan gratis. Jadi, jika ada yang pertama, apakah ada yang kedua?”
Pikiran Duke Colin yang sudah sensitif menjadi lebih sensitif karena mendengar suara bising yang tidak ia sukai.
Duke Colin menekan-nekan pelipisnya untuk menekan emosinya yang sepertinya akan melonjak kesana kemari. Setelah itu, pramuniaga yang mengantarnya sampai ke tempat ini, menaruh secangkir teh di atas meja.
Dilihat dari cahaya merahnya saja, teh itu terasa aneh.
<Bersambung>