I'm Being Raised by Villains [Bahasa Indonesia] - Chapter 23
[Unedited]
Credit: Gourmet Scans
TL by: CY
Posted by: Genoise
<Chapter 23>
“Tidak ada data mengenai hewan antropomorfik maupun kadal meskipun aku sudah mencarinya.”
Richard Colin sudah mencari-cari dan membaca semua buku yang ada di panti asuhan, tapi merasa tidak cukup. Jadi, dia pergi ke perpustakaan pusat dan menghabiskan sepanjang hari mencari informasi tentang kadal.
Aku sedikit demi sedikit mulai berpikiran aneh karena Richard menjadi serius.
‘Apa benar-benar kanker?’
‘Ini bukan sesuatu yang berbahaya, kan?’
‘Sebenarnya ada apa…?’
Segala macam pikiran melintas di dalam kepalaku.
Meskipun aku mencoba untuk memantulkan punggungku di cermin, tidak mudah untuk melihat punggung seekor hewan berkaki empat.
“Seandainya kau bisa berbicara.”
Aku baru bisa bicara saat aku bukan lagi seekor kadar.
“Sudah waktunya makan malam.”
Saat malam semakin larut, Richard menyelinap keluar untuk kembali ke panti asuhan. Setelah mencuci tangannya, dia langsung menuju ke ruang makan.
Biasanya, dia makan roti yang ia beli di luar, tapi hari ini tidak.
“Hei, dia datang.”
“Biarkan saja. Jangan lihat dia.”
“Aku tidak lihat. Setiap hari dia tidak makan… Tapi, kenapa dia datang dan makan di sini?”
“Aku tidak mengerti, kenapa Direktur hanya berpihak padanya. Dia bahkan tidak berlatih setiap hari.”
“Pasti dia tidak disukai. Ditambah lagi, dulu dia adalah budak… Pasti dia sangat menyedihkan.”
Kata-kata yang tidak bermaksud jawab itu berseliweran di sana-sini.
Richard, yang sedang memegang piring dan hendak menerima makanan, mengerutkan wajahnya.
Dia melempar piringnya ke arah anak-anak yang sedang berkerumun itu.
Prang~!
“Kyaaa!”
“Hei, apa yang kau lakukan?!”
“Berisik sekali, babi-babi bodoh. Kalian berani bergosip lagi?! Kenapa tidak bergosip di depanku?”
Richard meninggikan suaranya dengan tatapan yang tajam. Api menetes dari bola mata kecubungnya yang penuh amarah.
“Apa? Me-memangnya kami bicara apa?!”
Richard melihat piring yang dilemparnya ke lantai, lalu berbalik.
Aku menghela napas panjang sambil bergantung di bahu Richard yang melangkah lebar untuk kembali ke kamarnya.
“Kyuuu…”
“Kenapa? Kau juga tidak menyukaiku?”
Kenapa dia tiba-tiba begini?
“Memangnya kenapa kalau dulu aku ini budak? Apa kau juga jijik karena aku pernah diperlakukan seperti anjing di antara sampah masyarakat? Aku…”
Air mata menggenang di wajahnya yang murah.
“Sial…”
Richard mengusap ujung matanya dengan ujung lengan bajunya, seolah dia malu pada dirinya sendiri.
‘Dia bilang, seperti anjing…’
Nyatanya, tidak mudah bagi seorang budak diperlakukan sebagai manusia biasa.
Hatinya sudah terlanjur sakit.
Aku mengulurkan tangan dengan hati-hati, lalu menepuk-nepuk pipi Richard Colin.
“Aku tidak butuh simpati, apalagi penghiburan. Aku sudah melakukan yang terbaik untuk hidup.”
‘Aku tahu.’
Aku sekarang sudah terbiasa menggunakan kaki belakang untuk berdiri, dan kaki depan untuk menepuk-nepuk dadaku.
Hm, mungkin karena ekorku tidak ada? Apa karena aku belum terbiasa? Agak melelahkan untuk berdiri untuk waktu yang lama.
“‘Hah, apa kau tahu apa yang aku bicarakan?”
Richard tertawa, lalu mengelus-elus kepalaku dengan jarinya.
“Aku tahu kau hanya memujiku, tapi…”
Tidak, bukan itu, kok?
Tapi, apa kau tidak berpikir bahwa waktunya sangat bagus untuk melakukan itu?
“Entah bagaimana, kamu sepertinya tahu siapa aku.”
Aku sudah tahu.
Karena merupakan karakter yang mempunyai kepentingan di dalam novel, ada informasi yang sangat pendek mengenai masa lalu Richard.
“Maaf, hari ini aku tidak bisa menyiapkan makananmu.”
Aku melirik Richard.
“Apa sebaiknya hari ini kita tidur lebih cepat?”
Richard mengeluarkan selimut kecil dari lemari selimut, lalu berkata.
Sebenarnya, semua orang di panti asuhan harus tidur bersama, tapi Richard diberikan kamar khusus oleh Albion karena keadaan khusus.
“Kau juga tidur.”
Richard menaikkanku ke atas saputangan kecil, lalu menyelimutiku dan berkata.
Richard menutupi kaki depanku dengan telapak tangannya, seolah mencari sedikit kehangatan, lalu memejamkan matanya rapat-rapat.
Aku menggoyang-goyangkan kaki depanku, lalu menepuk-nepuk punggung tangan Richard.
Meski kaki depan reptil dingin, kasar, dan basah, aku harap jadi sedikit penghiburan untuknya.
“Hiks…”
Apa maksudku sudah terrsampaikan?
Richard menangis terisak-isak sampai subuh. Entah apa yang membuatnya sedih, sampai mulutnya tertutup.
Dan baru saja ketika Richard tertidur, pintu kamarnya berderit dan terbuka dengan hati-hati.
Aku perlahan menoleh, dan seorang pria dengan wajah yang tak asing duduk berlutut dengan satu kaki di samping selimut.
Itu adalah Albion.
“Tampaknya kau belum tidur. Apa kau kadal nokturnal*?”
(*hewan yang beraktivitas di malam hari.)
Sesuai dengan namaku, aku hewan diurnal*.
(*hewan yang beraktivitas di siang hari)
Aku tidak bisa tidur karena memikirkan seseorang di masa lalu yang berada dalam situasi yang mirip ketika aku melihat anak ini menangis sedih.
“Apa dia menangis?”
Aku tetap tidak menjawab, dan hanya memiringkan kepalaku.
“Ini seperti waktu lalu kau mengerti ucapanku… Apa aku berhalusinasi?”
‘… Hmmm.’
Aku pikir, tidak ada baiknya jika banyak orang yang tahu bahwa aku memahami perkataan mereka.
Bagaimana jika aku dijual ke suatu tempat dan diotopsi? Aku harus segera mencari tahu caranya berhumanisasi.
“Penyihir tidak lahir begitu saja. Itu hanya berasal dari gen keturunan penyihir. Anak penyihir sangat berharga, jadi tidak mungkin orang tuanya yang baik membuangnya sembarangan. Aku sedang berusaha mencari orang tua Richard.”
Albion berkata, seolah sedang melakukan pengakuan dosa. Lalu, dia menyeka pipi dan mata Richard dengan saputangan yang basah.
Tangan dari ahli pemegang pedang yang kikuk dan canggung.
Omong-omong, itukah sebabnya dia sering tidak ada di panti asuhan akhir-akhir ini?
“Kembalinya anak penyihir ke pelukan orang tuanya merupakan jalan yang paling membahagiakan.”
Tentu saja begitu.
Albion berkata, lalu bangkit dari tempat duduknya dengan tenang.
“Aku membesarkan begitu banyak anak dengan tanganku sendiri dan membiarkan mereka menjadi mandiri, tapi tampaknya mereka masih mengalami kesulitan.”
Dia menghembuskan napas pendek dan diam-diam meninggalkan kamar Richard.
Pintu sudah tertutup. Malam yang tenang dan hening sudah tiba.
‘Apa Erno Etam baik-baik saja? Dia tidak lepas kendali lagi, kan?’
Tidak, tokoh utama perempuan ada di sisinya, jadi mana mungkin hal itu terjadi.
‘Apa mungkin dia sedang mencariku karena merasa dikhianati…?’
Tapi, seram juga jika dia mencariku untuk membunuhku karena dia pikir bahwa aku kurang ajar.
Bulu kuduk di punggungku merinding.
Aku tidak tahu seberapa menakutkan wajahnya ketika terakhir kali dia mengulurkan tangan untuk membunuh.
‘Meski demikian, sayang sekali.’
Aku ingin berada di pelukannya lagi sebentar saja. Meski aku tahu semua keramahan itu hanya sandiwara, tetap saja…
Aku benar-benar bahagia saat itu karena seperti mempunyai keluarga sementara.
Meski itu hanya mimpi sesaat.
‘Aku ingin cepat-cepat menjadi manusia lagi…’
Tubuh kadal sangat tidak nyaman, dan sepertinya terlalu menyusahkan.
‘Aku mohon, kembalikan aku menjadi manusia…’
Jika tidak, Richard Colin juga pada akhirnya akan jatuh ke rawa kemalangan.
Meski aku punya tempat untuk kembali tapi tidak bisa kembali ke sana adalah hal yang sangat menyedihkan.
‘Punggungku gatal…’
Tanganku pendek, jadi tidak bisa menggaruk punggungku yang gatal. Aku memutar tubuhku dan memejamkan mata dengan susah payah.
Saat itu aku tidak mengetahuinya.
Sesuatu yang aneh tumbuh sedikit demi sedikit di punggungku.
Dan permohonan yang aku ucapkan sebelum tidur terwujud lebih cepat dari yang kupikirkan.
***
“Kyaaa! A-apa ini?!”
“Ergh… Berisik…”
“Kau bilang, berisik?! Siapa kau?! Kenapa kau masuk ke dalam selimutku?! I-itu juga…! Memalukan…!”
Aku mengedipkan mata perlahan karena suara keras Richard terdengar di telingaku.
Cahaya terang menyilaukan mataku sejenak.
Yang terlihat hanya selimut yang menutupi tubuhku, dan Richard Colin yang duduk di pojok dengan tatapan heran sambil menunjuk ke arahku.
‘Hah…?’
Jangkauan penglihatanku jadi tinggi.
Aku menurunkan sedikit pandanganku, lalu melihat tanganku dan melihat lagi ke langit-langit. Kemudian, aku melihat Richard Colin yang sedang duduk sejajar dengan pandanganku.
“Hah?”
Suaraku pun keluar.
Rasanya aneh melihat Richard Colin yang ketakutan dengan wajah pucat.
Aku pelan-pelan memastikan kembali keadaanku.
Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku kembali menjadi manusia setelah bangun tidur.
Saat menjadi binatang, aku membuang bajuku di sana. Jadi, tentu saja saat ini aku tak memakai apa pun.
‘… Ah.’
Makanya dia terkejut.
Tapi, memangnya kenapa dengan tubuh anak kecil berusia 5 tahun?
‘… Tetap saja, aku telanjang.’
Aku mendekap erat sedikit lagi selimut yang menutupi tubuhku dan membuka mulutku dengan tatapan bingung.
“Aku tanya, siapa kau sebenarnya?!”
“Richard, sebenarnya apa yang…”
Dan Albion masuk di saat yang tepat karena dia mendengar keributan di kamar.
Begitu dia melihatku yang memeluk selimut erat-erat, serta Richard yang menggertak…
… dia langsung membeku.
‘Tidak, bagaimana jadinya jika kau membeku di sini?!’
Tampaknya dia mengalami buffering karena tidak peka pada situasi seperti ini.
“Bembem…..”
Richard membuka matanya lebar-lebar, lalu menghampiriku dan memperhatikan sekeliling selimut.
Kemudian, dia menemukan sesuatu dan mengambilnya dengan kedua tangannya.
“Ja-jangan…”
Mata Richard memerah ketika melihat ada sesuatu yang hancur.
Richard melotot dan meninggikan suaranya, seolah-olah akan membunuhku.
“Kau… Apa yang kau lakukan pada Bembemku?!”
Saat aku menurunkan padanganku sedikit, ada sesuatu seperti kulit kadal yang tersusun rapi di tangan Richard.
‘… Hah? Apa aku berganti kulit?’
Tampaknya aku telah berganti kulit tanpa sadar,
<Bersambung>