I'm Being Raised by Villains [Bahasa Indonesia] - Chapter 102
[Unedited]
Credit: Gourmet Scans
Raw by: Vanilla
TL by: CY
Posted by: Genoise
<Chapter 102>
“Direktur!”
Albion memasuki ruangan dengan tenang bersama Hill Rosemont. Pandangan keduanya tertuju padaku begitu aku memanggil mereka.
Sebenarnya bukan hanya mereka berdua. Lebih tepatnya, tatapan semua orang tertuju padaku.
‘…… Aku tidak tahu siapa dia, tapi aku harus mengatakannya pada ayah jika acara hari ini sudah selesai.’
Tampaknya pria yang tak menyebalkan itu hendak melakukan sesuatu.
“… Ayrin?”
“Direktur, ada urusan apa di sini?”
“Keponakan yang kuceritakan waktu lalu takut datang sendirian, jadi dia memintaku untuk datang menemaninya.”
Maksudnya, Hill Rosemont?
‘Dia takut datang sendirian?’
Tipuan apa yang ia lakukan tanpa malu?
Aku memandang anak laki-laki yang berdiri di samping Albion dengan ekspresi bingung. Hill Rosemont yang memakai seragam menatapku, lalu membulatkan matanya dengan menjengkelkan sambil tersenyum.
“Senang sekali bertemu dengan Anda di sini, Nona!”
Hill Rosemont tersenyum cerah, lalu mendekat dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman denganku.
‘Senang? Omong kosong……’
Tapi, siapa aku? Bukankah aku sekadar kaum bisnis? Aku pun tersenyum cerah dan menjabat tangan Hill Rosemont.
“Iya, Pak Guru! Lama tak bertemu!”
Aku melihat pria yang menyebalkan itu telah menghilang dari balik pundak Hill Rosemont.
“Kau lihat apa?”
Hill Rosemont menjulurkan wajahnya ke depan wajahku sambil tersenyum.
“Bukan apa-apa.”
“Ayrin, kenapa kau sendirian? Di mana walimu?”
Albion bertanya dengan kening berkerut. Kalau dipikir-pikir, di sini juga ada orang yang membenci penganiayaan anak.
“Saya berkeliling sendirian karena wali saya sedang ada urusan! Apakah Direktur sudah ke tempat putri Anda?”
“…… Iya, aku sudah ke sana. Aku juga menerima surat……”
Suara Albion menjadi berat.
“Rupanya anak itu tidak membenciku.”
Suara Albion bergetar. Hatinya tidak nyaman melihat matanya yang terasa berat itu.
“Maaf. Harusnya saya menyampaikannya sedikit lebih cepat……”
“Jika bukan karena kau, mungkin seumur hidup aku tidak akan pernah tahu. Aku harus berterima kasih padamu.”
“Tetap saja, saya minta maaf.”
Andaikan aku menyampaikannya tepat waktu, mungkin mereka akan bertemu sedikit lebih cepat. Sudah sangat terlambat menepati janji yang kuucapkan 5 tahun yang lalu.
Suara Albion terdengar di atas kepalaku ketika aku menunduk dengan perasaan menyesal.
“Kudengar, kau bertemu dengan anggota keluarga yang terpisah dan menyelamatkan seorang teman yang hampir meninggal. Aku juga mendengar bahwa kau tertidur dalam waktu yang lama sebagai gantinya. Dan kau pasti kacau untuk beberapa saat begitu membuka mata.”
Itu bukan salahmu.
Aku terkejut sekaligus bersyukur karena pria yang tak banyak bicara ini melakukan percakapan yang panjang hanya untuk mengatakan satu hal itu.
“Anak-anak pantas mendapatkannya. Kau tidak perlu menyesal. Karena orang yang hidup lebih penting daripada yang sudah meninggal.”
Albion menepuk ringan kepalaku. Dia sengaja tidak mengacak-acak rambutku supaya tidak rusak.
Saat itu Hill Rosemont tiba-tiba menyelak.
“Tampaknya Paman sangat akrab dengan Nona Ayrin.”
“Cuma kenal sebentar waktu dulu.”
“Benarkah? Kau terlihat lebih akrab dengannya daripada aku. Padahal kan kita keluarga sedarah. Yah, meski aku tidak mengetahuinya dalam waktu yang lama.”
“……”
“Betapa sulitnya karena tidak ada yang membantuku setelah orang tuaku meninggal……”
Mata Albion sedikit bergetar mendengar ucapan Hill Rosemont.
Saya memelototi Hill Rosemont karena perilakunya yang melankolis dan membangkitkan rasa bersalah.
“…… Andaikan ada Paman, pasti tidak akan seperti itu.”
“… Maaf.”
Raut muka Albion menggelap. Hill Rosemont tersenyum tak terlihat.
‘Da-dasar tidak sopan, berwatak buruk.’
Aku tahu dia memiliki kepribadian yang buruk, tapi tampaknya dia hendak memperdaya pahlawan kekaisaran.
Dia seharusnya tahu dengan mudah siapa itu Albion.
‘Omong-omong……’
Siapa anak yang mondar-mandir di belakang Hill Rosemont?
Dia terlihat menggerak-gerakkan jari tangannya dan mengamati sekitar sejak tadi.
Hill Rosemont menyadari ke mana arah pandanganku, dan dia menarik pergelangan tangan anak yang ada di belakangnya dan menempatkannya di hadapanku.
“Nona, saya akan memperkenalkan kepada Anda karena ada kesempatan. Dia adalah adik saya, Phil Rosemont.”
“Ah, hai, halo…… Nama saya Phil Rosemont.”
Matanya naif dan bulat, rambutnya coklat muda seperti Hill Rosemont, tapi pupilnya berwarna hijau muda yang lebih muda daripada Hill Rosemont.
Dibandingkan dengan fiturnya yang jelas, kesan bulat di wajahnya seperti rusa.
“Aku Ayrin Etam.”
“Iya, No-nona Ayrin! Saya banyak men-mendengar tentang Anda dari ka-kakak saya……”
Aku sulit melihat kecanggungannya melakukan kontak mata sebagai akting.
‘Aku penasaran di mana Hill Rosemont membuat karakter bodoh seperti itu……’
Apa dia meniru adiknya?
“Phil.”
Hill Rosemont merangkul pundak Phil Rosemont dan menepuk-nepuk pundaknya.
“Kakak kan sudah bilang, jangan bicara terbata-bata. Apa kau mengacuhkanku?”
“Ah, tidak kok, Kak.”
Albion tampak bergumam pelan karena menyadari situasinya, tapi aku bisa mendengar semuanya.
“Aku sudah bilang. Tidak ada yang menyukaimu jika kau bicara seperti itu.”
Dia memanipulasi lagi.
“Direktur, bagaimana dengan Waktu Bertunas?”
Aku sedikit tidak enak menyebut ‘Panti Asuhan’ di luar, jadi hanya menyebutkan namanya. Albion membuka mulutnya.
“Sekarang aku harus segera kembali karena sudah bertemu dengan putriku.”
“…… Kembali?”
Aku hendak menjawab, tapi Hill Rosemont menyelak.
“Iya. Karena anak-anak juga sedang menungguku.”
“….. Kalau begitu, aku dan Phil?”
Mulut Albion terkunci karena ucapan Hill Rosemont.
Yah, dari sudut pandangnya, dia pasti berpikir lebih baik kembali ke anak-anak panti asuhan yang tidak mempunyai apa-apa daripada keponakan bangsawan yang mempunyai gelar, uang, kehormatan, dan telah menyelenggarakan upacara kedewasaan.
Namun, dia tidak sanggup mengatakannya karena menanggung rasa bersalah.
Sebenarnya, dia tidak perlu merasa bersalah. Dia tidak tahu karena dibuang dari keluarga bangsawan, tumbuh sebagai rakyat jelata, dipuja sebagai pahlawan, dan berpartisipasi dalam perang.
‘Hill Rosemont…… Selalu mengharapkan seseorang.’
Bahkan dalam novel <Diadopsi> pun, dia mengharapkan seseorang yang bisa dipercaya.
Itu sebabnya dia selalu menguji seseorang, tidak membiarkan adik laki-lakinya lepas dari genggamannya, menginginkan Wivern yang mempunyai ‘cap’ tokoh utama perempuan, dan mengharapkan tokoh utama perempuan yang berkata ‘aku mempercayaimu’.
Namun nyatanya, Hill Rosemont tidak mendapatkan apa-apa dalam novel tersebut.
‘Pasti ada alasan kenapa manusia jadi berbelit-belit seperti kue kepang.’
Albion yang terdiam mendesah pendek.
“Kurasa kita tidak bisa membicarakannya di sini.”
“Kalau begitu, kalian berdua bicaralah. Saya akan berdansa dengan Tuan Muda Rosemont.”
Tentu saja itu bohong.
Karena Hill Rosemont tidak mengajariku menari dengan benar.
Aku memegang tangan Phil Rosemont dan membalikkan badan lalu segera menuju ke teras.
“No-nona……”
Wajah Phil Rosemont yang kebingungan memerah. Dia mengikutiku dari belakang, tapi wajahnya tampak seperti akan menangis.
‘Anak ini benar-benar lemah lembut……’
Sejujurnya, aku ingin sedikit mengganggunya karena melihat wajahnya yang berubah jadi merah.
Namun, aku sedikit kasihan karena dia diganggu Hill Rosemont setiap hari.
“Maukah kau memanggilku Ayrin saja?”
“Ah, ah! Iya, iya. Cu-cukup panggil saya Phil! Bicaralah dengan nyaman.”
“Kalau begitu, aku tidak akan menolak. Pak Guru bercerita apa tentangku?”
“Ah…… Dia memujimu. Dia pikir kau bodoh, tapi ternyata kau sangat pintar!”
Bukankah itu hinaan?
“Lalu, dia bilang kau berbakat untuk menipu……”
Itu juga hinaan.
“Ah, dia juga bilang bahwa dia mau mengikat lehermu dan memeliharamu!”
Itu bahkan bukan hinaan, tapi pelecehan.
Begitu aku menatap Phil Rosemont dengan wajah konyol, mata anak laki-laki yang mirip rusa itu berbinar terang.
‘Yah, dia pasti tumbuh dengan tahu bahwa itu adalah pujian……’
Aku bisa menebak siapa yang berkata seperti itu.
“Kau pandai berbicara, ya? Kau juga bicaralah dengan nyaman.”
“Ah, he-eh. A-aku berkata seperti itu di depan kakak. Karena aku takut dengan kakak……”
“Hm, bagaimana kalau kau keluar dari rumah?”
“Tidak bisa… Karena aku banyak berutang ke kakak. Aku harus melunasi utang karena ia telah membesarkanku. Karena kakak sangat kesulitan setelah orang tua kami meninggal.”
Yang terasa dalam suaranya yang murung adalah rusa itu dipegang erat-erat oleh Hill Rosemont.
“Begitukah?”
“Iya, orang tua kami adalah orang yang sangat menakutkan dan galak. Aku selalu berada di dalam kamar sampai kakak menyelamatkanku. Aku bisa keluar dan melihat langit pun semuanya berkat kakakku.”
“……”
Begitu aku menutup mulut karena mendengar ucapannya yang terasa dalam itu, Phil Rosemont terkejut karena menyadari keadaan lalu menggaruk-garuk pipinya sambil tersenyum malu.
“Maaf. Kakak menyuruhku untuk tidak menceritakan ini, jadi bisakah kau merahasiakannya?”
Rusa naif yang tertangkap pemburu itu tersenyum dan berkata.
Aku hanya mengangguk karena tidak tahu apa-apa untuk menawarkan penghiburan.
Nafas dingin merasukiku bersama dengan perasaan seperti terbawa bersama angin dari belakangku.
“…… Akhirnya ketemu.”
Aku dan Phil Rosemont menoleh secara bersamaan karena suara yang terdengar dari belakang.
Rasanya seluruh darah terkuras habis dari tubuhku untuk sesaat. Itu adalah pria menyebalkan yang mengikutiku sejak kemarin.
Dia memegang gelas anggur di salah satu tangannya, melihatku, dan menyeringai.
Dilihat dari dekat, area bawah matanya terlihat lebih cekung dan sepertinya matanya agak merah.
Aku membeku karena terkejut.
“Anda siapa?”
Phil Rosemont segera menghadang di depanku.
“Apa? Beraninya anak kecil bau kencur menghalangiku? Kau tahu siapa aku?”
“Tidak tahu.”
Phil Rosemont menjawab dengan lumayan berani. Namun saat kulihat dengan jelas, jari-jari tangannya sedikit bergetar.
“Tapi, saya belajar bahwa laki-laki luar tidak boleh sembarangan mendekati seorang wanita.”
“Huh! Aku ini ayahnya! Cepat minggir. Apa seorang ayah tidak boleh menemui anaknya?”
“Ayah?”
Phil Rosemont balik bertanya.
‘Ayah?’
Siapa dia? Aku punya ayah yang lain?
“Apa itu benar, Nona?”
Phil Rosemont bertanya dengan tangan yang bergetar. Aku menggenggam tangannya dengan hati-hati dan menggeleng.
“Tidak, aku tidak mengenal dia.”
Aku menatapnya.
Meski terasa tidak asing, aku tidak pernah melihat wajahnya.
Pria menyebalkan itu maju selangkah.
‘Aku harus menggunakan kemampuan naga untuk melarikan diri.’
Aku tidak bisa menggunakannya secara sembarangan karena takut tertidur panjang lagi, tapi sekarang bukan saatnya mempermasalahkan hal itu.
Aku mencari celah sambil mundur selangkah bersama Phil Rosemont.
Bruk~!
Wajah pria menyebalkan itu membentur lantai teras dengan sangat keras.
“Ugh!”
Hak sepatu yang bersih itu mendarat dengan kasar di atas punggung pria yang terjungkal secara tragis.
“Mainanku tumbuh cukup besar…… Sekarang rupanya kau menargetkan putriku tanpa takut.”
Itu adalah ayah.
<Bersambung>